Cari Blog Ini

Senin, 17 Januari 2011

For Your Info


Herpetofauna

            Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “herpeton”yang berarti melata dan “fauna” yang berarti binatang. Jadi herpetofauna adalah binatang-binatang yang melata. Herpetofauna sendiri memiliki ukuran tubuh yang bermacam-macam, namun memiliki keseragaman yaitu berdarah dingin/poikilotermik. Fauna ini menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungannya. Kelompok ini diklasifikasikan menjadi 2 kelas yaitu, kelas amphibia dan reptilia berdasarkan beberapa ciri yang berbeda dan mencolok. Kedua kelas herpetofauna tersebut dibagi-bagi lagi menjadi beberapa Ordo yang kemudian akan berlanjut lagi ke famili.
            Amphibi merupakan hewan yang hidup di 2 habitat atau alam, yaitu perairan dan daratan. Herpetofauna yang satu ini memiliki kelembaban kulit yang tinggi dan tidak tertutupi rambut. Kata amphibi sendiri berasal dari kata “amphi” yang berarti ganda dan “bios” yang berarti hidup. Secara asal kata, amphibi didefinisikan sebagai hewan-hewan melata yang dapat hidup di dua alam. Kelas herpetofauna ini dibagi menjadi 3 ordo yang masih ada hingga sekarang, yaitu Caudata(amphibi berekor), Anura(amphibi tidak berekor), Gymnophiona(amphibi tidak bertungkai). Umumnya kelas ini memiliki siklus kehidupan seperti beberapa jenis insekta/serangga yang mengalami metamorfosis.
       Caudata
            Merupakan ordo amphibia yang memiliki ekor. Jenis ini memiliki tubuh yang panjang, memiliki anggota gerak dan tidak memiliki tympanum(seperti telinga pada manusia). Beberapa species Caudata mempunyai insang dan lainnya paru-paru. Kemudian ada juga yang dapat bernafas menggunakan kulit. Tubuhnya terdiferensiasi antara kepala, tubuh dan ekor. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi(Fajar Suprianto, 2009). Umumnya ordo ini lebih dikenal sub-ordonya yaitu Salamandroidea atau Salamander. Sebenarnya masih ada 2 sub-ordo lain(Sirenidea dan Cryptobranchoidea), tapi jenis ini yang paling sering ditemukan.
       Anura
            Merupakan amphibia yang tidak berekor(dewasa). Namun pada siklus hidupnya, ordo Anura atau yang lebih dikenal dengan katak ini memiliki ekor saat pada fase juvenile(muda, berudu/kecebong). Ordo ini sering dijumpai dengan tubuhnya seperti sedang jongkok. Tubuhnya terdiferensiasi menjadi 3 bagian yaitu kepala, badan, dan anggota gerak(2 pasang tungkai=tetrapoda). Kulitnya cenderung basah karena memiliki kelenjar lendir dibawah kulitnya. Anura sendiri sering dibagi menjadi istilah katak dan kodok. Ciri yang paling mencolok adalah tekstur kulitnya, dimana kulit katak lebih halus dari kodok juga bentuk tubuh katak yang lebih ramping daripada kodok. Ordo ini hidup dapat hidup di dua tempat yaitu pepohonan(arboreal) dan daratan yang termasuk kedalamnya sumber air(terestrial).
       Gymnophiona
            Merupakan amphibia yang umumnya tidak memiliki anggota gerak dan beberapa jenis alat geraknya tereduksi secara fungsional. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik(Fajar Suprianto, 2009).

       Reptilia merupakan kelas Herpetofauna berukuran besar. Sebagian besar kelas ini merupakan hewan tetrapoda kecuali bangsa ular-ularan(Ophidia). Kelas ini memiliki ciri khas yaitu tubuh anggota kelas reptil di tutupi oleh sisik atau memiliki sisik. Kelas ini dibagi menjadi 4 ordo yaitu Testudinates, Crocodylia, Sphenodontia, dan Squamata.
       Testudinates
            Merupakan ordo reptil yang memiliki cangkang sebagai tempat berlindung maupun menjadi bagian tubuhnya. Cangkang tersebut terbagi menjadi 2 yaitu karapaks pada bagian atas dan plastron sebagai perisai dada. Yang masuk ke ordo ini adalah segala jenis kura-kura dan penyu.
       Crocodila
            Merupakan ordo yang mencakup reptil yang berukuran paling besar diantara yang lain. Kulitnya ditutupi oleh sisik sisik dari bahan tanduk yang termodifikasi bentuknya menjadi seperti perisai. Buaya memiliki jantung yang terbagi menjadi 4 ruang, namun sekat ventrikel kanan dan kiri tidak sempurna membatasi darah. Sehingga terjadi pencampuran darah. Pola perilakunya yang paling mencolok adalah ordo ini sangat suka berjemur di siang hari untuk menaikkan suhu tubuhnya. Crocodilian merupakan hewan nokturnal, tapi tidak menutup kemungkinan bangsa ini berburu di siang hari. Di habitatnya, buaya dewasa memiliki daerah kekuasaan untuk dirinya sendiri maupun untuk kelompoknya. Ordo ini dibagi menjadi tiga famili, antara lain famili alligatoridae, famili crocodylidae, famili gavialidae.
       Sphenodontia
            Merupakan ordo reptil yang anggotanya merupakan kadal-kadal purba. Salah satu contohnya adalah Tuatara. Hewan ini hanya tersisa dua jenis di dunia dan merupakan species endemik di Selandia Baru. Selain itu, kadal ini merupakan bukti peninggalan zaman dinosaurus yang hidup pada 200 juta tahun yang lalu.
       Squamata
            Merupakan ordo reptil yang mengalami pergantian kulit atau sisik secara periodik(molting). Tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Squamata sendiri diklasifikasikan menjadi tiga sub-ordo, yaitu Sauria(contohnya kadal, iguana, dsb), Ophidia(bangsa ular-ularan), dan Amphisbaenia(squamata tak bertungkai, sisik tersusun seperti cincin-cincin; sering disebut worm-like lizard).(UGM-studi herpetofauna:1 Juni 2010)




Dirty Little Secret

Dirty Little Secret

Sabtu, 15 Januari 2011

The Living Fossil



The Last Dinosaur

Sphenodon punctatus atau biasa dikenal dengan sebutan Tuatara ini merupakan reptil tua endemik dari kepulauan Selandia Baru, yang berpenampilan layaknya kadal-kadalan dari ordo Sphenodontia. Dari sekian banyak species ordo yang sudah eksis 200 juta tahun yang lalu(Rhynchochepalia) ini, hanya dua diantaranya yang dapat bertahan hidup hingga sekarang. Reptil ini sangat dekat kekerabatannya dengan kadal-kadalan dan ular kuno. Sehingga dalam penelitian, species ini sangat menarik dari kebiasaan hidup atau perilakunya serta evolusi secara morfologinya.
Species yang harusnya sudah punah sekitar 65 juta tahun yang lalu ini berwarna hijau kecoklatan, dengan panjang mencapai 80 cm serta duri-duri sepanjang punggungnya yang umumnya terdapat pada tuatara jantan. Susunan giginya pun unik. Rongga mulutnya terdapat dua baris gigi depan dan belakang, dengan barisan gigi rahang atas lebih kedepan daripada gigi rahang bawah. Mereka dapat mendengar suara walaupun mereka tidak memiliki telinga eksternal, dan juga jika di lihat dari morfologi tulangnya, mereka memiliki banyak kemiripan evolusi dari ikan purba(ancient fishes). Berdasarkan banyak hal unik tersebut, maka tuatara sering disebut sebagai “fosil hidup”. Para peneliti mengungkapkan bahwa mereka mengalami evolusi yang signifikan sejak zaman mesoik.
 Nama “Tuatara” sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Maōri(baca: maouri) yang memiliki arti “puncak di punggung”. Status konservasi dari tuatara sudah digolongkan menjadi Endangered species sejak tahun 1895(saudaranya Sphenodon ghunteri statusnya tidak terdaftar hingga tahun 1989). Layaknya satwa liar lain, mereka juga terancam kepunahannya dialam akibat degradasi hutan dan kalah bersaing dengan predator lain seperti tikus pasifik(Rattus exulans) yang sering kita temui di kompleks perumahan. Sejatinya mereka telah punah di lingkungan alam mereka yang utama, tapi masih terdapat beberapa individu liar yang masih tersebar di kepulauan sekitar Selandia Baru. Terjadinya hal ini, Animal Rescue terdekat langsung berinisiatif untuk memonitor populasi mereka agar tidak punah.
Habitat tuatara sejatinya lebih cocok di daerah beriklim dingin seperti daerah mediteranian dan kutub. Mereka memiliki tingkat metabolisme tubuh yang sangat rendah untuk dikerabatkan dengan jenis-jenis kadal lainnya. Makanan utama mereka berkisar dari hewan-hewan tanpa tulang punggung/invertebrata.
Species ini sangat rentan dari kepunahan. Selain karena penangkapan oleh manusia sebagai satwa yang diperdagangkan dan terdegradasi oleh predator lain, mereka memiliki kematangan reproduksi yang sangat lambat. Tuatara betina baru bisa bertelur apabila umur meraka minimal 20 tahun. Proses pembuatan telur dalam indung telur mereka memakan waktu sekitar 1 tahun(12 bulan). Sekali bertelur, tuatara betina dapat bertelur sebanyak 12 hingga 17 butir dengan masa inkubasi sekitar 15 bulan.
Tuatara dapat hidup rata-rata hingga 60 tahun. Namun, banyak para peneliti percaya bahwa hewan ini dapat hidup lebih dari 100 tahun atau menyaingi lifespan penyu.

Referrence and source:
O’shea, Mark, Tim Halliday.2001. Dorling Kindersley: Reptiles and Amphibians. New york: Dorling Kindersley Publishing
[Redaksi Ensiklopedi Indonesia].1989. Ensiklopedi Indonesia Seri Fauna: Reptilia dan Amfibia. Jakarta:PT. Intermasa

Jesse McCartney - It's Over - Official Video (HQ)

Rabu, 12 Januari 2011

Tugas Pengganti Praktikum Pengantar Ilmu Tanah



Infiltrasi dan Hantaran Hidrolik

Infiltrasi merupakan proses meresapnya air atau zat cair dari permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Proses ini merupakan satu kesatuan dari proses siklus hidrologi yang terdiri dari evapotranspirasi, kondensasi, presipitasi, infiltrasi dan run off. Tahapan infiltasi sangatlah penting bagi ketersediaan air tanah dan kondisi agregat serta konsistensi tanah. Tanah yang memiliki infiltrasi baik cenderung lebih mudah diolah jika dibandingkan dengan tanah yang memiliki infiltasi buruk. Hal ini sangat berkaitan dengan jumlah ketersediaan pori-pori tanah yang dapat mempengaruhi keadaan tekstur tanah. Sebagai contoh, tanah yang kering dan memiliki agregat yang padat akan sangat sulit dilakukan pengolahan tanah karena tanahnya keras akibat kekurangan air. Lain halnya tanah yang memiliki pori tanah yang cukup banyak akan mudah sekali untuk dilakukan pengolahan tanah. Tingkat baik-buruknya infiltrasi pada tanah tidak menjadi parameter bahwa tanah itu memiliki kualitas dan kuantitas lapang yang baik. Tanah berpasir memiliki tingkat infiltrasi yang baik, tapi kemampuan untuk mengikat airnya kurang sehingga sangat mudah terjadinya pencucian/eluviasi unsur hara pada tanah pasir. Tentunya proses infiltrasi ini juga memiliki batasan tertentu yaitu apabila kapasitas lapang tanah sudah mencapai titik jenuh. Dalam hal ini, tanah sudah tidak dapat melakukan infiltrasi lagi karena mungkin pori-pori tanahnya sudah penuh dengan air. Hal inilah yang dapat menyebabkan run off.
Hal-hal yang mempengaruhi proses infiltasi antara lain:
1.      Karakteristik Hujan
2.      Kondisi permukaan tanah---faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya pemadatan tanah(bangunan, hewan, air hujan, dll);kemiringan tanah; pencucian partikel halus yang dapat menyumbat pori-pori tanah, dll.
3.      Kondisi penutupan permukaan tanah---penutupan oleh bahan-bahan organik atau semacamnya yang dapat menghindari pemadatan oleh air hujan; laju urbanisasi; salju,dll.
4.      Transmibilitas tanah---jumlah pori tanah dari berbagai ukuran mempengaruhi jumlahh air yang dapat diserap tanah.
5.      Karakteristik air yang berinfiltrasi.

Selain hal-hal yang tersebutkan diatas, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrsi, antara lain:
1.      Kadar air dalam tanah
2.      Pemampatan oleh curah hujan
3.      Vegetasi
4.      Karakteristik Hujan
Faktor-faktor tersebut merupakan faktor fisiologis dan lingkungan, sedangkan faktor fisik yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah:
1.      Jenis permukaan tana
2.      Cara pengolahan tanah
3.      Kepadatan tanah
4.      Sifat dan jenis tanaman
Adanya proses infiltrasi sangatlah penting hubungannya dengan proses limpasan dan pengisian lengas tanah dan air tanah. Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke dalam tanah. Sekali air hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia akan diuapkan kembali atau mengalir sebagai air tanah. Aliran air tanah sangat lambat. Makin besar daya infiltrasi, maka perbedaan antara intensitas curah dengan daya infiltrasi menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil sehingga debit puncaknya juga akan lebih kecil. Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk tujuan pertanian. Akar tanaman menembus daerah tidak jenuh dan menyerap air yang diperlukan untuk evapotranspirasi dari daerah tak jenuh tadi. Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antar infiltrasi dan perkolasi (jika ada). Pada permukaan air tanah yang dangkal dalam lapisan tanah yang berbutir tidak begitu kasar, pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula diperoleh dari kenaikan kapiler air tanah.
Vegetasi dan lapisan serasah melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung tetesan air hujan yang dapat menghancurkan agregat tanah, sehingga terjadi pemadatan tanah. Hancuran partikel tanah dapat menyebabkan penyumbatan pori tanah makro sehingga menghambat infiltrasi air tanah, akibatnya limpasan permukaan akan meningkat. Peran lapisan serasah dalam melindungi permukaan tanah sangat dipengaruhi oleh ketahanannya terhadap pelapukan.
Vegetasi pada permukaan tanah itu pada umumnya dapat mencegah atau mengurangi berlangsungnya erosi, akan tetapi karena tanaman itu berjenis-jenis maka pengaruh dan hasilnyapun berbeda-beda pula. Rumput-rumputan atau tanaman rimbun yang tumbuh rapat mempunyai kemampuan mencegah berlangsungnya erosi yang lebih besar dibanding dengan tanaman-tanaman yang tumbuh jarang serta tidak berdaun lebat (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).
Kerapatan pohon akan mempengaruhi hambatan terhadap air hujan dalam luas yang lebih besar, sehingga populasi tanaman yang jarang akan menimbulkan erosi yang lebih besar. Populasi yang jarang ini terutama disebabkan oleh penebangan yang liar, pembakaran dan pengusahaan tanah garapan lainnya (Sarief, 1985).
Kondisi tanah yang berada pada lahan yang memiliki kerapatan vegertasi yang tinggi dari segi keragaman dan jumlah cenderung memiliki laju infiltrasi yang baik. Berdasarkan pengalaman penulis saat berkunjung ke loop trail Citalahab, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak tanah hutan hujan pegunungan tropis yang lebat memiliki tanah yang gembur dengan kemampuan infiltrasi yang baik serta sangat gembur. Kondisi penutupan tanahnya cukup tertutupi oleh tajuk pohon Rasamala serta beberapa jenis pohon kayu lainnya yang memiliki fungsi intersepsi air hujan agar tidak langsung jatuh ke tanah. Penutupan lahan oleh bahan-bahan organik juga terlihat dengan banyaknya sisa-sisa tumbuhan dan kulit buah Saninten yang menjadi makanan utama Owa Jawa(Hylobates moloch). Hal ini membuktikan sesuai dengan teori yang ada.
Proses infiltrasi sendiri tidak akan lepas hubungannya dengan hantaran hidrolik tanah. Hantaran hidrolik tanah secara matematis adalah rasio antara debit terhadap gradien hidrolik atau sudut pengaliran dan kurva gradien. Deskripsi dari hantaran hidrolik adalah daya pergerakan air dalam tanah entah itu berupa infiltrasi maupun perkolasi. Besar kecilnya hantaran hidrolik suatu tanah mempengaruhi daya tampung dan daya/kecepatan tanah dapat meloloskan air.
Kehantaran hidrolik bukanlah sifat khas dari tanah itu sendiri, karena kehantaran hidrolik bergantung pada atribut tanah dan fluida secara bersama-sama. Sifat tanah yang mempengaruhi kehantaran hidrolik adalah porositas total dan distribusi ukuran pori. Atribut fluida yang mempengaruhi kehantaran adalah densitas dan viskositas fluida.
Kehantaran hidolik jenuh adalah pengukuran secara kuantitatif kemampuan tanah yang dijenuhi air kiriman jika dihubungkan dengan gradien hidrolik. Dalam penentuan nilai pemindahan air dalam kehantaran hidrolik jenuh, kita dapat menggunakan rumus Hukum Darcy, Kecepatan aliran air, dan Gradien Hidrolik.

1.       Hukum Darcy
Dimana:           q          = kecepatan aliran air
                        K         = kecepatan hantaran hidrolik
                        i           = gradien hidrolik



2.      Kecepatan aliran air(J)
Dimana:           J           = Jumlah air
                        Q         = pemindahan air per luasan penampang (A)
                        t           = waktu
                       
3.      Gradien hidrolik
Dimana:           ∆H       = perubahan total potensial air antara titik-titik dalam tanah
                        l           = jarak antar titik-titik

            Penggunaan ketiga perhitungan tersebut memiliki keterkaitan antara perhitungan yang satu dengan yang lain. Untuk penghitungan secara konvensional, perhitungan nomor kedua akan lebih mudah digunakan di lapangan jika dibandingkan dengan cara perhitungan yang lain.

Agronomi and Horticulture

Indonesian population, awareness of community nutrition, food security and improved quality of life and needs is one of the factors leading to increased need for food and other agricultural products. Era of free trade and globalization provides great opportunities for developed countries to make the developing countries is the objective including Indonesia market, both in the broad sense of agricultural products and other products. equally important is the free entry of experts and professionals arrivals to Indonesia.